Roasting (Sangrai) Biji Kopi
Proses Roasting (Sangrai) Biji Kopi
Biji kopi
yang sudah dicuci dan belum disangrai (roasting) teksturnya lunak dan
memiliki kandungan acid, protein, gula, serta kafein yang lebih
tinggi dibandingkan dengan biji kopi yang sudah disangrai (roasting).
Ketika kopi masih dalam bentuk beras (green bean), dapat dipastikan biji
kopi tersebut hanya memiliki sedikit rasa atau bahkan tidak ada rasa, namun
setelah melalui proses roasting, biji kopi (green bean) yang
semula tidak memiliki rasa akan berubah menjadi biji kopi yang beraroma, kaya
rasa, dan memiliki biji yang renyah. Karena itu dapat dipastikan salah satu
tahapan yang harus dilalui agar kopi bisa dinikmati dengan aroma dan citarasa
sedap adalah proses sangrai (roasting).
Proses ini
pun sangat menentukan citarasa kopi yang akan dinikmati, mulai dari body yang
ringan sampai body berat dapat diatur dengan proses sangrai, sehingga dapat
dikatakan bahwa tahapan ini merupakan proses yang sangat krusial
dibanding semua tahapan pengolahan kopi.
Tingkatan Roasting (Sangrai) Biji Kopi
Roasting adalah
proses mengeluarkan air yang terdapa pada biji kopi, mengeringkan dan mengembangkan
bijinya juga mengubah unsur gula pada biji kopi menjadi CO2 untuk memberikan
aroma pada biji kopi tersebut.
Tingkatan roasting paling
umum dijadikan patokan terutama di Indonesia ada tiga tingkat
yaitu; light roast, medium roast, dan dark roast.
1.
Light Roast (Coklat Muda)
Light
roast merupakan fase terjadinya proses “enzimasi” yang membentuk karakteristik acidity pada biji
kopi. Pada fase ini, green bean akan mengalami perubahan warna dari raw
(mentah) menuju yellowing (penguningan) lalu browning (pencoklatan) hingga awal
first crack (pecah pertama). Proses
pecah pertama ini sendiri merupakan fase yang terjadi karena uap air di dalam
biji kopi “bertemu” dengan karbondioksida (CO2) yang memiliki tekanan, lalu
terlepasnya panas pada biji kopi dan terbentuknya glukosa sehingga menimbulkan
“popping sound” (seperti bunyi popcorn).
Biji
kopi akan memiliki warna coklat terang karena proses penyerapan panas yang
dilakukan tidak terlalu lama, minyak juga tidak muncul pada biji kopi dan biji
kopi cenderung kering. Light roast memiliki suhu biji kopi berada pada kisaran
180°C – 205°C. Pada suhu sekitar 205°C tersebut terjadi first crack dan pada
saat itu pula proses roasting dihentikan. Kopi yang di roasting pada tingkatan
ini memiliki keasaman dan caffeine yang tinggi.
Tingkatan roasting ini cocok bagi
orang yang menyukai rasa kopi
mencolok, karena memiliki ciri khas seperti citrusy, earthy, dan
buttery.
Semakin
lama biji kopi disangrai, maka akan semakin banyak juga minyak yang akan muncul
di permukaan biji kopi. Karena biji kopi ‘light roasted’ cenderung disangrai
dalam waktu yang tidak lama –dan kadang dalam temperatur rendah, minyak kopi
pun belum sempat muncul ke permukaan biji kopinya.
2.
Medium Roast (Coklat Tua)
Pada profil
medium roast, fase yang terjadi adalah proses “caramelyzed” yang cenderung
membentuk karakter aroma dan rasa “sweet” pada kopi. Pada fase ini roasted bean
mengalami developing aroma dan rasa dari fase sebelumnya (first crack) sehingga
lebih seimbang dari segi rasa, keasaman, kafein yang lebih sedikit dan memiliki
profil tekstur yang lebih kental daripada light roast dan secara visual, medium
roast memiliki warna coklat gelap.
Pada
tingkatan roasting ini, cita rasa terasa manis dan aroma asap penyangraian
sangat tajam tercium, karena biji kopi banyak mengeluarkan asap, warnanya makin
hitam sampai berminyak dan kandungan gula mulai berkarbonisasi.
Kopi yang
disangrai dalam level medium cenderung memiliki rasa yang lebih intens
dibandingkan dengan light, tapi kadarnya tetap tidak sekuat dark roast. Karena
ia mampu menghadirkan rasa dan komposisi yang pas, tidak heran kalau level
roasting ini pun cukup popular di banyak roaster.
3.
Dark Roast (Coklat Kehitaman)
Roasting
profile terakhir yang akan diulas yaitu dark roast. Di fase ini, biji kopi
telah melewati “perjalanan” panjang yang membawa banyak perubahan mulai dari
berat yang semakin berkurang (ringan), warna yang lebih gelap (almost black)
dengan kandungan minyak yang nampak di permukaan biji kopi serta ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan kondisi mula saat biji kopi masih mentah (raw
green bean).
Dalam dark
roast profile ini pulalah proses “carbonyzed” terjadi pada biji kopi sehingga
karakteristik aroma dan rasa kopi umumnya akan cenderung pahit, agak gosong dan
kafeinnya paling sedikit.
Keunggulan
kopi dark roasted ini terlerak pada aromanya yang wangi dan harum begitu
diseduh dengan air panas.
Roasting
merupakan salah satu proses penting yang akan mempengaruhi kualitas aroma dan
rasa dari kopi. Bahkan secara persentase, proses roasting memiliki pengaruh
hingga 30% dalam sumbangan aroma dan rasa.
Angka
tersebut didapat dari asumsi 55% pembentukan aroma dan rasa pada kopi terdapat
di “kebun” (kondisi iklim, ketinggian tanam, varietas kopi, proses paska panen
dll) dan 15% dari proses coffee brewing.
Pada
proses roasting, biji kopi mentah (raw green bean) yang memiliki karakteristik
soft, “grassy” smell dan sedikit/tidak ada sama sekali rasa diubah (transform)
menjadi roasted bean yang memiliki karaktersitik beraroma unik dan kaya akan
rasa. (Sebagai catatan; greenbean yang siap roasting harus memiliki kadar air
12-14%.)
Pemilihan
roasting profile sedikit banyak tidak hanya dipengaruhi oleh pergeseran selera
pasar, namun juga keinginan untuk lebih mengeksplorasi karakteristik aroma dan
rasa pada biji kopi. Hal ini tentunya akan lebih didapat di profil light roast dan medium roast. Selain itu,
progres positif dengan semakin baiknya proses paska panen yang menghasilkan
biji kopi berkualitas juga membuat orang berpikir “sayang sekali jika kopi
seperti ini di-roasting gelap”.
Komentar
Posting Komentar